Friday, June 27, 2008

BAKA NA HITO, The Last page...

Pagi hari ditamana, tempat biasa asya duduk

“Hweeek….”

Seorang cowok datang menghampiri asya, tak begitu jalas karena posisinya yang membelakangi thara. Cowok itu memberinya seikat bunga berwarna merah, 10 tangkai mungkin lebih, dibungkus plastik dengan pita berwarana putih, mungkin mawar. Besujud didepan asya, sambil memegangi tangan asya seolah memohon sesuatu. Yah… tora, cowok tinggi kekar itu tora, thara ingat benar, thara pernah berpapasan dikampus. Sorot matanya begitu tajam menunjukkan keyakinan yang sangat bersar. Asya berdiri membelakangi cowok dan membuang bunga itu, terlihat seperti sedang terjadi pertengkaran. Hanya sebentar saja, tak perlu mengunakan lensa tambahan sudah cukup jelas terlihat mereka saling berpelukan. Kekawatiran didalam hatinya terjadi juga, cintanya benar-benar telah kandas direrumputan. Bukan hanya kakinya, seluruh badanya terasa lemas tanpa tulang, terasa begitu beratnya untuk menopangnya berdiri. Nafasnya begitu berat. Thara terduduk memeluk kedua kakinya, kepedihan hatinya membuatnya tak mempunyai tenaga lagi tuk menengadahkan kepalanya apalagi melihat asya yang berjalan dalam pelukan cowok lain melintas didepannya. Mungkin kalo ini sebuah sinetron, pasti terdengar soundtrack mengalun pelan mengiringi kisah cintanya, Bukan… Bukan hanya itu kamerapun akan beputar-putar dan daun-daun kering akan berjatuhan bersama angin buatan yang berhembus.


Tapi sayang sang sutradara tidak teriak “cut!”, kepedihan itu terus berlanjut menggantikan hari-hari indah thara.













BAKA NA HITO Part VI, air mata itu bukan untukq....

Thara bejalan mendekati asya dan berdiri disampingnya.

“Sst…. Su…” Lidahnya terasa kaku, keras dan sulit tuk bicara. Detak jantungnyapun berdetak semakin cepat, lebih cepat dari bass drum lagunya Sheila on 7.

“Ss.. suka ya dengan anak-anak?” Akhirnya sebuah kalimatpun keluar dari mulut thara. Asya menoleh memperhatikan seseorang yang telah menyapanya. Asya tersenyum.

”Duduk ra…” Jawab asya.

“Pasti shara ya yang cerita kalo aq sering kesini?” Tambahnya, thara lalu duduk di samping asya. Pernyakitnya belum juga hilang hanya sedikit berkurang.

“Ra boleh nggak aku pinjam bahumu?” Pinta asya pelan. Belum juga detak jantungnya kembali stabil, asya sudah membuatnya kembali berdetak sangat cepat, dua kali lebih cepat dari yang tadi. Jika di cafĂ© seseorang akan berkata ampun DJ, tapi untuk thara, ampun asya, thara tlah dibuatnya luluh lantak tak berdaya dihadapannya.

“Hwekkk?” Thara kaget, asya memandang thara. Thara tidak pernah menyangka asya akan bicara seperti itu. Asya kembali memandanginya, kelopak matanya masih terlihat sedikit lembam mungkin karena terlalu banyak menangis. Thara menghela nafas panjang dan mengangguk. Menuntunnya ke pundak thara adalah mimpi tergila dalam hidupnya. Air matanya hangat mengalir di pipinya, tapi sayang air mata itu bukan untuk thara. Tangan asya begitu erat memeluknya sementara thara masi terdiam membisu. Bau harum rambutnya begitu menusuk hidung thara sementara tanganya terasa dingin dan gemetar. Thara tidak tau harus melakukan apa, cuma menikmati pelukan asya yang mungkin akan bertahan beberapa detik saja. Air mata asya mulai turun menetes membasahi baju thara, sesekali asya terisak. Thara sadar apa yang dilakukannya hanya membuat hati thara sakit, tapi thara tetap lakukan itu agar asya bisa tersenyum lagi. Asya melepaskan pelukannya dan berdiri depan thara, asya menghapus air matanya dan mencoba untuk tersenyum. Asya membalikkan badanya sementara thara masih diam tak bergerak memandangi asya.

“Tau nggak aq paling seneng banget duduk disini, banyak pohon besar tumbuh disini, sejuk…. Aq suka banget melihat anak-anak bermain, bernyanyi, tertawa, begitu gembiranya mereka tanpa beban, aq pengen kembali menjadi kecil lagi.”

“Ikut aq…” Entah mendapat kekuatan dari mana, thara berjalan menghampiri asya.

“Ra… ke mana…?” Thara menarik tangan asya, dengan sedikit tertatih asya mengikuti thara yang menarik tangannya. Asya berdiri tepat didepan kelas.Terlihat riuh gemuruh anak-anak bernyayi ada yang bernyanyi dengan nada dasar A ada yang dengan nada dasar G. Cukup fals untuk didengarkan tapi cukup menyejukkan hati asya.

“Sebentar ya anak-anak…” Seorang guru dengan begitu ramahnya meninggalkan anak-anak menghampiri thara yang masih berdiri menggandeng tangan asya.

“Thara…?” Dengan sebuah senyuman yang begitu hangat seorang guru telah berdiri didepan thara.

“Ceweknya ya…?” Tambahnya.

“Oh bukan… hanya temen aja kok.” Jawab thara sambil melepaskan tangan asya. Ibu guru hanya tersenyum melihat kegugupan thara.

“Kenalin bu ini asya temen kampusq” Ibu guru yang masi terlihat muda itu tersenyum lagi dan menyalami asya.

“Nama yang cantik, seperti orangnya, oh ya… saya Ibu Seila.”

“Boleh kami bantu?” Tanya thara.

“Kebetulan… ibu seneng deh, lagian ibu lama nggak ketemu kamu ra, yuk masuk!” Bu seila mempersilakan masuk dan menggandeng asya.

“Anak-anak ibu kenalin ya ini ada kak thara dan yang cantik ini kak asya, hari ini kak asya dan kak thara akan bantu ibu..”

“Kak asya… sini bantu adit gambar kak…” Seorang anak duduk di tengah meminta asya untuk datang.

“Kakak batuin aq ya…” Seorang anak lagi telah berdiri disamping thara menggandeng tangan thara dan menarik ke mejanya. Terlihat begitu lepasnya asya tertawa, tersenyum bersama anak-anak, seolah tidak sedang membawa beban yang begitu berat dipundaknya. Walaupun itu cuman akan membuatnya tersentum untuk sesaat saja. Asya ngerasa takut banget untuk putus dengan tora, disis lain asya ingin jauh darinya. Bukan keinginan asya untuk selalu dalam bayang-bayang tora. Semenjak semeninggal ayahnya kehidupan perekonomian asya memang kurang baik dan bisa dibilang selama ini toralah yang membesarkan usaha ibunya secara tidak langsung tora sedikit banyak telah berperan dalam tulang punggung keluarga asya. Tanpa tora nggak mungkin jadi seperti saat ini, asya merasa berhutang budi dengan tora, asya sadar benar tora memang sangat keterlaluannya. Tapi kehadiran thara juga sedikit banyak telah membuat hari-hari asya semakin indah. Thara telah memberinya sebuah virus, sebuah virus yang telah membuat asya selalu tersenyum, sebuah virus yang telah membuat asya tak pernah absen untuk datang ke taman, sebuah taman yang selalu membuatnya tersenyum, sebuah taman yang selalu membuatnya kembali menjadi anak-anak. Asya selalu datang ke taman, walaupun tanpa thara yang menemaninya.

BAKA NA HITO Part V, kubuka lagi hatiq untuknya...

“Ra…” Teriak chika.

“Paan…..?” Chika menyalakan lampu. Banyak buku dan DVD masi berserakan dilantai, terlihat thara tiduran disamping tampat tidurnya.

“Dari mana kalian pada tau rumahq?”

“Tu adekmu yang cantik ke kampus kebingungan karena kakaknya ngurung dikamar.”

“Lagian kamu juga ngapain sih?”

“Orang nggak da papa kok!” thara nyolot.

“Gimana yang nggak ada apa2, lebih dari minggu kamu ngilang tanpa kabar, masi bilang nggak ada apa2. Cowok yang sama asya tu mang bener cowoknya, sori aq ngasih taunya terlambat, aq juga tau baru semalem dari shara” Jelas galih. Thara berdiri.

“Udah ra… mendingan lupain aja deh, cari yang laen, lagian kalo kamunya nggak ikutan kuliah, trus nilaimu ancur smester genap besok kamu bakalan sekelas mulu ma asya, sakit lagi kan liat dia terus, mendingan kmu serius gih, setidaknya kalo kamu gak isa nglupain ya, prof dikit dong bedain mana perasaan mana kuliah!” Bujuk galih ke thara. Sedikit perubahan mulai terjadi ma thara, tiap abis kuliah thara langsung balik, paling cuman sesekali nongkrong ma ibe dan galih. Thara mulai mencoba untuk berjalan tenang dan bahagia dalam bayang2 kepedihanya. Dua minggu berlalu thara masi belom balik ke dirinya lagi. Begitu juga asya jarang banget terlihat jalan bareng ma sahra lantaran sehabis kuliah cowoknya selau datang menjemputnya. Pemandangan berganti, thara yang biasa nongkrong bareng ibe ma galih digantikan shara. Selepas mata kuliah jam1 selesai thara ma galih nongkrong di kantin minus ibe. Ibe pergi entah kemana, cuman nitip absend.

“Ra kamu harus nolongin asya tuh, cuman kamu yang bisa!” Pinta shara dengan sedikit ngos-ngosan yang baru aja datang dengan menggandeng tangan ibe.

“Hwe… kalian?” Galih nunjukin ke tangan sahra yang ngegandeng tangan Ibe. Shara melepaskan gandengannya.

“Heh.. itu nanti ceritanya” Ibe mengalihkan pokok cerita.

“Iya ra, sebenarnya asya tu dah lama jalan ma tora cowoknya, tapi hubungan mereka nggak pernah harmonis mereka selalu bertengkar, putus nyambung mulu, karena tora orangnnya otoriter dan jelousan banget, makanya kalo kamu perhatikan asya selalu kelihatan murung dan tertekan banget” jelas shara.

“Tapi apa hubunganq dengan mereka” bantah thara.

“Ra… cuman kamu yang bisa nyenengin hatinya asya, sekarang asya ma tora baru bertengkar hebat-hebatnya, asya down banget ra...”

“Lalu?” thara masi nyela mulu.

“Semenjak asya ketemu kamu, dia jadi asya yang ceria lagi nggak murung-murungan kek dulu lagi, akhir-akhir ini kamu sering ngilang asya tuh nanyain terus ditambah lagi dia sering berantem ma tora, plisss ra….” Pinta shara. Asya sebenarnya nggak mau shara cerita tentang hubunganya dengan tora ke anak-anak, cuman asya nggak tega ngelihat asya yang selalu murung.

Thara masi terdiam dan belum mengambil satu keputusanpun, thara bingung kepediahan hatinya belum sirna benar, thara ngerasa belum siap benar untuk ketemu ma asya, ketakutan hatinya bakal sakit lagi jika ketemu asya selalu memnghantuinya, tapi disisi lain ini thara masi ada rasa sayang sama asya.

“Udah gih cepetan temuin asya, biasanya sih dia ada di taman bermain anak-anak deket rumahnya.” Pinta shara sekali lagi.

“Buruan gih…” Ibe menepuk pundak thara menyemangatinya.

Thara berangkat menemuin asya. Sekitar satu blok thara menuju taman bermain anak-anak dengan sepeda motornya.

Thara mendapati asya duduk ditaman, rambutnya yang panjang terurai begitu indahnya. Sorot matanya yang begitu lembut dan penuh keibuan tengah menadangi anak-anak yang telah bermain. Kaki thara mulai terasa begitu berat untuk digerakkan serasa ada sesuatu yang membebani kakinya. Entah kenapa penyakit ini selalu datang dalam kondisi seperti ini. Tak ada kompromi, tak ada negosiasi, datang tak tak diundang pulang se’enak sendiri.

Friday, June 20, 2008

yang gila tu sbenere sapa'e? aq tao dia?

Nonton konser mang hobiq apalagi kalo gratisan, yah… apes2nya sih nunggu jebol. Konser apapun di jogja pasti jebol, dan waktu jebolnya tuh pasti pas band utama. Tapi separah-parahq liat koser music lewat jebolan aq liat lita dulu, lha kalo tiketnya cuman 7500 ato 10ribu aq dah pasti beli tiket kalo bandnya aq suka, tapi kalo yang konser kek ungu, peterpan palagi padi tiket 5000 aja males aq beli mending duduk2 diluar liat2 keramaian.

Malam itu konser padi di Mandalakrida, HTM Rp.15.000. 5ribu aja nggak kubeli 15ribu. Boro2!! Pintu masuk cuman ada dua, sedangkan para penonton yang pada mo masuk lewat jebolan bisanya muterin tuh stadion nyari pintu2 yang lenggang pangawasan, dan biasanya arah putaran penonton cuman satu arah. Tapi untuk konser yang satu ini, ampun, penjagaanya ketat bangget. Pake panser banyak banget skek menghalau orang demo gitu. Aq pernah kok liat konsernya SLANK keadaannya lebih parah lagi malahan saling lempar gitu sama petugas, karena kemarahanq aq kencingin botol aqua rame2 trus aq lempar ke krumunan petugas.

Aq ma goblink cuman ikutan berjalan muterin stadion. Yah karena aq nggak begitu suka ma padi ya aq nggak begitu antusias juga untuk nonton yah dari pada manyun dirumah sih.

“Sebenere males nonton aq.” Keluhq.

“Sama, trus kita ngapain” jawab goblink yang juga males nonton Padi.

“Jalan2 aja, m…. gimana kalo kita jalannya belawanan arah, trus klo kita lom nemuin 10 orang yang kita kenal kita nggak usah masuk walaupun jebol skalipun, Gimana?” Usulq. Aq ma golgink akhirnya jalan belawanan arah sambil nyari 10 orang yang kita kenal. Udah hampir ½ putaran stadion tapi blom juga nemuin satu orang pun dan akhirnya setelah satu putaran penuh aq cuman nemuin 8orang yang aq kenal. Trus aq nongkrong deh diluar sementara pintu sebelah utara udah mulai jebol yah walaupun masi dalam proses, tapi sebagian udah ada ayng bisa masuk sementara yang lain masi berdesakan mendesak masuk.

“Mas masuk aja!” Sapa seorang laki2 seumuran 29tahunan.

“Masi rame, males aq!” Jawabq singkat.

“Yuk masuk aja bareng aq aq kenal kok yang jaga.”

“Males ah mas… nanti aja” sahut goblink.

“Masuk aja yuk, beneran aq kenal kok ma bandnya.” Bujuk tuh orang, sementara aq ma goblink mulai berfikir rada jauh.

“Sapa’e?” Bisik goblink.

“Tau, gila kali!” Jawabku. Setelah beberapa lama ternyata penafsiranq benar adanya, setelah dia ngomong kesana-kemari tanpa arah yang jelas. Tapi ya tetep aja tak jawab, akhirnya tuh orang malah ta ajak ngobrol. Malahan aq sampe bertanya2 dalam hati yang gila tu sebenere sapa ya, lha wong orang gila kok diajak ngobrol. Huh… Pintu masuk udah mulai lenggang, nggak penuh sesak seperti tadi, dan kelihatanya pintu sebelah utara pun juga sudah dibuka. Aq ma gobink masi pada pendirian kita, kalo belum genap atau lebih dari 10 orang kita nggak bakalan masuk. Masi kurang 2 orang.

“Woiii… sama sapa bling?” Sapa seorang cowok yang berada diantara rombongan. Ternyata tetanggaq dirumah. Jadi total orang yang kita kenal lebih dari 10orang, sekitar 16 orang.

“Kenalin nih temenq” Seru goblink ke anak-anak. Dan anak-anakpun pada kenalan.

“Nanti masuknya barengan mereka aja ya mas, aq masi nunggu temenq” Seruku ke cowok yang ternyata kurang 1ons itu. Trus aq ma goblink pergi meninggalkan anak2. Tau deh apa yang bakalan terjadi. Gyagyagya…..

BAKA NA HITO Part IV, Aq kan lom pake obat ganteng..!

Tit tit tit tit…. Tit tit… tit tit tit……. Sebuah pesan singkat diterima. Thara terbangun dari lamunannya, wajah asya yang manis berubah jadi brewokan. Thara membuka pesan tersebut.

“BURUAN KE KANTIN, NIH ADA ASYA.” Thara terperanjat. Sebuah SMS dari ibe.

“Ah asal, palingan cuman kerjaanya ibe.” Seru thara dalam hati. Tanpa mandi dan dengan hanya bermodalkan celana butut dan kaos oblong thara menyusul ibe ke kampus. Tempat pertama yang dituju thara adalah meja belakang deket cendela dikantin kampus tempat thara biasa nongkrong sama kedua sahabatnya.

Hweeek? Ibe, galih, kok ada asya ma temenya ya?” Seru thara dalam hati, perasan thara mulai kacau, detak jantungnyapun semakin cepat. Thara berjalan pelan menuju meja mereka.

“Woi…. Baru bangun nih?” Sapa galih. Thara masi terdiam, mulutnyapun mulai susah digerakkan. Thara hanya sedikit tersenyum sesekali mencuri tatap dengan asya.

“Kenalin nih Asya ma sahra.” Ibe membuka percakapan.

“Thara…” Jawab thara singkat.

Thara memberanikan dirinya untuk menyalami asya. Keringat dingin mulai mengalir, detak jantungnya bertambah cepat, wajahnyapun mulai sedikit memerah.

“Asya…” Asya hanya tersenyum. Mungkin kalo dihubungkan dengan mimpi semalem nggak akan nyambung sedikit pun dengan apa yang akan dialaminya hari itu.

“Thara…” Thara menyalami sahra.

“Sahra…” Sahabat asya inipun tersenyum.

“Ra… knapa saat ujian terakhir kmaren kamu cepet banget keluarnya?” Tambah sahra.

“Kebelet…” DUBRAK….!!! Thara asal njawab sedapetnya.

Gyagyagyagya….. anak-anak pada ketawa. Satu mata kuliah diperkirakan akan satu kelas dengan asya. Meskipun thara sudah kenal dengan asya tapi ini paling cuman membawa sedikit perubahan dalam diri thara, karena sifat thara yang begitu canggung dan mati kutunya di depan asya.

“Tai kalian, napa nggak bilang ada asya, sms tadi aq kira cuman bercanda, makanya aq asal datang, aq kan belom pake obat ganteng, palagi mandi!” Keluh thara sehabis asya dan shara pergi.

Liburan antar smesterpun berakhir, perkuliahanpun sudah dimulai kembali. Sebuah semangat baru muncul dalam diri thara. Semangat karena thara saat ini sudah bisa mengenal asya sang pujaan hatinya. Hari-hari begitu cepat berlalu canda tawa dan kekonyolan selalu hadir bersamanya. Sesekali asya sering ikutan nimbrung sama thara ibe dan galih. Sedikit demi sedikit thara mulai beranikan dirinya untuk berbicara dengan asya, walaupun masi seperlunya. Sering juga kekonyolan thara hadir membuahkan senyuman manis asya. Seperti yang dibilang ibe, nggak ada thara nggak rame begitu juga yang dirasakan asya, nggak ada yang usil.

Selesai satu mata kuliah thara langsung turun ke lantai 1 ke kelas asya meninggalkan ibe dan galih. Tepat disamping tangga thara mendapati asya sedang bersama seorang cowok yang nggak dikenalnya. Keduanya berbalik kearah thara. Thara yang kebingunganpun lari ke bawah tangga. Asya berjalan dengan di gandeng seseorang melewati thara yang jongkok dibawah tangga, thara hanya bisa memandanginya dengan perasaan yang hancur. Setelah kejadian itu lebih dari satu minggu thara menghilang ntah kemana tanpa sebab, Hpnya pun nggak aktif. Nggak Ibe nggak galih anak2 sekelas pun pada bingung nyariin thara si biang keributan, karena nggak ada satupun yang tau rumahnya.

“Kamu Ibe kan?” Seorang gadis dengan rambut sebahu menghampiri ibe dan galih, dari seragam yang dipake sih menjelaskan masih SMA.

“???” Ibe nggak ngerti, seorang gadis cantik masi SMA datang ke kampus mencarinya. Galihpun demikian.

“Iya…” Ibe menjawab dengan masi kebingungan.

“Be… anak masi kecil gini lo mainin be, tega lo be?” Gadis itu menghampirinya menggandeng tangan ibe.

“Mas tolongin dong, thara udah seminggu ini ngurung dikamar, nggak mau kuliah kerjaanya cuman nonton DVD ma tidur doank, kalo malem pergi mulu, mama aja mpe bingung tuh, kamarnya mpe berantakan, pengap cendela nggak pernah dibuka dibiaring gelap nggak siang nggak malem, tolongin ya mas…!” Gadis cantik itu merajauk.

“Kamu siapa?”

“Aq chika, adeknya thara.” Chika menarik tangan ibe masuk ke dalam taxi.

“Woi… tunggu be, aq ikutan.” Galih menyusul masuk. Sebuah ruangan lumayan lebar cukup lebar untuk membawa 1 mobil masuk. Dari dalam nggak akan kelihatan kalo itu sebuah garasi. Thara memang sengaja menyulap garasinya yang udah nggak kepake untuk kamarnya. Gelap hanya sedikit cahaya masuk dari sela-sela cendela.

Monday, June 16, 2008

BAKA NA HITO part III

TERAPI YANG ANEH…!


“Ra kamu kan dah berusaha latihan keras tu, iya sih ma anak-anak kelas tapi setidaknya kamu dah berusaha, udah nggak grogian lagi kan?”

“Yang bener aja, asya tu beda, emang sih sama anak-anak kelas aq nggak grogian tapikan tetep aja beda kalo sama asya” Keluh Thara.

Kantin kampus sehabis praktikum Operasi Tehnik Kimia.

“Lih… Lih…. Ngapain tuh kunyuk ke meja asya, aih… ngapain sih?” Teriak thara ke galih yang ternyata baru sadar kalo ibe tengah asik ngombrol satu meja ma asya

“Udah biarin aja yang pasti ibe nggak akan ganggu pujaan hatimu kok, udah…. Abisin tuh mienya.” Galih menjawab dengan santainya.

“Tapikan ngapain dia, ah… bikin rusak pemandangan aja tu anak!” Thara bukan takut galih akan ngganggu asya, thara percaya yang ibe melakukan itu karena ibe ingin membantunya, thara tau galih mencari cara untuk thara, setidaknya bisa kenal dengan asya.

“Gimana?” Tanya galih saat ibe sudah tiba di meja thara.

“Aq dah kenalan ma Shara.!” Jawab ibe singkat, sambil meminum es tehnya yang mulai mencair.

“Heh…. Kenalan ma shara?” Seru thara yang semakin bingung.

“He…. cantik sih kek cewek SPG Djarum Super.” Jawab Ibe.

“Heh….” Thara kaget antara bingung dan senang.

“Tenang ajar ra, tunggu aja nanti juga tiba saatnya.” Galih menepuk pundak thara, sementara thara tambah bingung nggak tau apa yang sedang direncanakan kedua sahabatnya itu.

“Ra… smester depan kita masih ada kelas bareng asya to?” Tanya galih.

“Heh… kelihatane ada sih!” Galih ngagguk.

“Be… besok KRSan sms aq lagi ya, sering lupa tanggal nih!” Pinta thara sambil mintain duit buat bayar makan.

“Awas nggak sms aq kek smester lalu” Ancam thara yang disemester lalu ditinggal KRSan sendirian.

“Lagian sapa suruh liburan cuman bentar ngapa juga jalan ke Jakarta, nggak ajak-ajak lagi. “Tapi tenang aja aq pasti sms kok, nggak da lo nggak rame ra!”

“Ye… orang aq ke Jakarta cuman kondangan tempat sodara bentar.!” Elak thara.

“Udah sana bayar gih, nih uangnya.” Thara jalan ke kasir untuk bayar. Thara keluar kantin dengan membawa 1botol coca-cola menyusul kedua sahabatnya yang mendahului.

“Ra… perasaan aq tadi pake 10 ribuan ya, galih juga, mang nggak da kembaliannya ya?”

“Ada, kita makan mie ma minum kan 6ribu kali tiga kan 18 ribu sisanya 2ribu, nih aq buat beli coca-cola!” jawab thara dengan santainya.

“Tai lo…! Tadi kan bayar sendiri-sendiri bukanya kita yang bayarin, sisanya dihabisin lagi, sini bagi!” Teriak Galih kesal. Thara memberikan botol coca-colanya yang tinggal 1/3 botol.

“Dihabisin lagi!” Sekali lagi galih teriak.

“Gyagyagyagya….. “ Thara lari sambil ketawa ngakak. Sementara didepan kantin asya tersenyum meyaksikan kekacauan yang dibuat thara.

“Ra itu galih ma temen2nyakan?” Seru asya ke sahra.

“Un(Ya dalam bahasa jepun), kacau-kacau ya mereka?” Asya dan Sahra sudah bersahabat sejak masi SMA, dua kepribadian yang berbeda menjadi satu dan saling melengkapi. Sahra yang rada kolokannya dan asya yang dewasa selalu membuat sahra betah menjadi sorang sahabatnya. Asya lahir di suatu Negara bagian di Amerika karena saat itu ayahnya masi bekerja di kedubes Indonesia yang ada disana. Mungkin karena masa kecilnya yang berada di sana itulah mengapa logat asya rada aneh, begitu susah sekali untuk mencucapkan lafal “r”. Mungkin bisa gila selama 1 minggu untuk thara tanpa aktifitas dikampus, tapi thara gila bukan karena perkuliahan tapi satu minggu nggak ketemu asya.

BAKA NA HITO part II

KESEMPATAN GAK AKAN DATANG DUA KALI….!


“Ini mieq kan?” Tanya thara yang baru aja datang.

“Kamu nggak liat sesuatu ra? biasanya kamu nomer satu, low bat ya?”

“Iya nih mo nge-carge, laper nih?” Thara duduk dan mengambil sambal.

“Jam 6!” Sahut galih. Thara membalikkan badanya, thara tersenyum seperti layaknya seorang anak kecil yang baru aja menukan mainan barunya. Asya tuh bukan hanya manis tapi juga pinter abiz nggak heran kalo ngajuin beasiswa pasti dapet.

“Lih tukar tempat biar upacara makan siangq semakin indah, biar mie yang aq makan jadi daging!” Galih berdiri tukaran tempat dengan thara.

“Mbok ya kenalan to ra.” Seru ibe.

“Sumpah be aq belum siap, be.. kali ini asya kelihatan beda ya” Seru thara.

“Sebenere tu apa sih yang kamu suka dari asya” Tanya galih.

“Mm selain dia tu sedikit cubby dan manis, itu… suaranya aneh itu, kek cadel tu lho, he…” Thara tersenyum.

“Jadi cuman gara2 suara yang cadel itu, gyagyagya….?” Teriak galih.

“Ya semuanya… terus teriak aja biar seluruh kampus tau, nggak sekalian pake warles?!” Seru thara sambil rada kebingungan.

“Kapan ra kamu brani knalan, kamu nggak pengen kenal dia, nggak pengen bisa kenal ma asya?” Tanya ibe.

“Pengen si, tapi kan kamu tau kan aq punya penyakit aneh” Bantah thara.

“Heh… kamu sakit ra?” Seru galih.

“Tuh penyakit brengsek selalu datang saat ada asya, tanganq terasa lemas rasanya kek nggak da tulangnya, kakiq terasa berat kek ada pemberatnya, lidahq kek di aer keras, nggak bisa digerakkan, jantungpun berdetak cepet banget, itu baru radius 5 meter ma asya, coba lebih deket pasti aq dah pingsan, virus yang namanya asya itu mang dasyat abiz, bikin aq luluh lantak tak berdaya didepanya Jelas thara.

“Ye… itu mah grogi, dilawan donk! Kalo nggak kapan siapnya?”

“Tapi gimana ngelawanya?” Segah thara.

“Ya gimana kek, coba dulu kalo pas ada asya lewat tu disapa!” Tambah ibe.

“Aq batuin deh.. gimana…?” Sahut ibe.

“Iya ra, kalo nggak lalu kapan siapnya, keburu disambar orang, kesempatan tidak akan datang dua kali ra!” Keluh ibe. Ingin sekali thara dekat dengan asya, ingin rasanya thara memandang wajahnya lebih lama tapi disisi lain ketakutan itu selalu menghantuinya. Tangannya pasti akan terasa lemas, kakinya terasa begitu berat, dan detak jantungnya pasti akan berdetak sangat cepat, kalo udah gini thara pasti cuman bisa terdiam kaya sapi ompong. Tapi ada benarnya omongan kedua sahabatnya tadi. “Kesempatan tidak akan datang dua kali”.

Lorong kampus keesokan harinya sebelum mulai kuliah pagi.

“Ra… Asya dateng ra..!” Bisik galih.

“Nggak ah, aq nggak berani!” Balas thara. Tampak asya keluar kelas bersama shara dan temanya berjalan melewati thara.

“Be… tu kan be… dia datang lagi” bisik thara.

“Udah buruan sapa asya, tenang aja ra, kalo kamu mo pingsan ngomong aja aq dah siap dibelakangmu ra!” Cerocos galih yang berada dibelakang thara. Benar-benar tak bisa ditolak seperti orang kerasukan, kalo datang ya datang aja, tak ada kompromi bukan hanya kakinya yang lemas, seluruh badannya terasa lemas dan berat lebih parah dari yang pernah thara alami sebelumnya.

“Gyagyagya…. Segitunya sih ra gyagyagya…. “ Galih tertawa saat melihat thara yang mati kutu, ketawanya lebih keras saat dia nonton Mr.Bean.

“Diem nyet…!” Ibe tendang galih yang sedang ketawa, galih diam dan sedikit-sedikit masih tersenyum.

“Udah besok coba lagi, cukup tersenyum saja nggak usah nyapa”

“Apapun akan aq lakukan buat shara..?” Seru Thara. Nggak pagi nggak siang, mereka terus mencoba, Tapi karena deket-deket asya thranya parno abiz sasaranpun beralih, cewek satu kelaspun jadi sasaran. Sebuah terapi kecil-kecilan sedang dilakukan, nggak cuman sekedar menyapa, ngegombal apapun boleh dilakukan. Terapi yang aneh memang. Secara tiga sahabat ini sudah terkenal suka bikin kacau, anak-anak satu kelas juga udah pada tau apa yang dilakukan ibe, galih ma thara cuman bercanda. Pernah sekali ibe, galih ma thara dikejar-kejar anak-anak sekelas karena tugas yang diberikan dosen yang dikumpulkan lewat ibe nggak nyampe ke dosen yah karena ide gila thara, semua tugas-tugas tersebut diberi nilai se’enak udel mereka sendiri, itu semua karena ibe, galih ma thara nggak pada ngerjain tugas. Setelah semua diberi nilai hari berikutnya dibagi’in ke anak-anak, terang aja anak-anak sekelas pada ngamuk!

Friday, June 6, 2008

BAKA NA HITO part I

TARUHAN

Menatap dari lorong kampus dan melihatnya berjalan keluar itu sudah membuat thara seneng banget. Tidak seperti lagunya Agnes monica dan Esa Yayang yang menggantungkan cita-citanya setinggi langit, untuk thara cukup setinggi plafon rumahnya saja sudah cukup, jadi kalo dia lonjak2 nggak nyampe tinggal ambil kursi deE... Bukan mimpi mengencaninya, sekedar bisa melihatnya dari kejauhan saja sudah membuat thara tidak bisa tidur semalaman. Sebuah nasi tumpeng akan dibuatkan anak-anak jika thara bisa beranikan diri untuk berkenalan denagn usahanya sendiri, itu karena thara akan mati kutu jika didepannya. Mungkin lain cerita kalau yang ditanya itu bukan thara, galih misalnya salah satu sahabatnya. Tapi untuk thara dibutuhkan suatu keberanian yang sangat tinggi untuk bisa melakukannya. Mungkin seorang psikiter tidak akan bisa untuk membatunya atau mungkin dia butuh Dedy cobusier untuk menghipnotisnya, dan merubah thara menjadi seorang yang pemberani. Akan dibutuhkan berbulan-bulan untuk bisa merubah thara, itupun kalo asya si pujaan hatinya nggak keburu diambil orang laen. Nama gadis itu adalah Asya, sebuah nama yang telah membuat thara menjadi seorang pecundang. Asha adalah mahasiswi smester 3 satu jurusan dengan thara.

“Be.. thara kok nggak kelihatan, inikan ujian?” Tanya Galih. Ibe dan galih adalah kedua sahabat thara.

“Tau… kesiangan kali, masuk gih dah mo mulai nih ujianya” Jawab ibe.

“Telpon thara… kali aja belom bangun!”

“Udah biarin aja, udah gede nanti juga datang sendiri!” Jawab Ibe nyantai.

Thara adalah sosok pejantan tanggung yang takut sama betina, yah tanggung! tanggung dalam segala hal, pinter nggak bodoh juga nggak IPnya juga pas-pasan, dibilang pendiem juga nggak dibilang gokil juga nggak pokoknya setengah-setengah deh!

“Taruhan 25 ribuan, cepet-cepetan keluar!” Bisik thara yang sudah berjalan disamping ibe menyusul masuk keruangan ujian.

“SIAP…!” Jawab Ibe. Sementara galih yang duduk rada jauhan cuman ngacungin jempolnya aja. Belum genap 5 menit thara udah berjalan keluar dengan tertawa penuh kemenangan.

“Gyagyagyagya….” Anak-anak sekelas mulai pada gusar, dan mulai pada bertanya-tanya begitu juga dengan galih.

“Anjing….! Cepet banget nih anak, satu soal aja aq belom kelar dia udah keluar, pasti cuman tulis nama ma no mahasiswa doank, bodo ah..” Gerutu galih cowok kelairan kampung sawah ini, tanpa pikir panjang galih ikut keluar menyusul thara.

“Tai lo ra… satu soal aja aq belom kelar kamu dah keluar!” Seru galih yang sudah keluar dan duduk disamping thara sambil menyulut rokoknya. Thara hanya ketawa. Tiga puluh menit berjalan Ibe belum juga keluar nampakin batang hidungnya. Tampak dari luar cendela Ibe masih sibuk corat-coret di kertas buramnya. Ibe tau taruhan kali ini cuman ulah thara, Ibe tau pasti apa yang sedang ada dalam pikiran thara. Menit ke 45 Ibe masih belom keluar, galih semakin gusar sebentar-sebetar nengokin ke dalam.

“Be… buruan keluar, laper nih!” Bisik galih yang sedari tadi masih duduk diluar menghadap ke dalam kelas sambil megangin perutnya. Waktu ujian pun berakhir, ibe keluar!

“Tai lo… laper nih, serius banget sih, emange bisa ngerjain 3 soal tadi, kalo aq bawa contekan ke dalem aja belom tentu bisa ngerjain!” Gerutu galih.

“Lagian aq keluar duluan ato nanti juga nggak ngaruh, dapet duit taruhan juga kagak, thara dapet 70% kamu 30% setidaknya duit balik, lha aq? mendingan di dalem!”

“Ya iyalah, enakan di dalem” Sahut thara.

“Maksudmu ra?” Tanya galih yang sedari tadi sibuk dengan rokoknya.

“Tanganya sih sibuk corat-coret di buram tapi pandangannya kearah jam 3”! Jelas thara. Galih masih bingung dengan perkataan thara.

“Maksudmu jam 3 apaan?” Galih bangkit berdiri dan membuang puntung rokoknya.

“Posisi jm 12 kan arah utara tuh, lha yang berada di arah jam3 kan…”

“Tai lo… jadi dari tadi tu kamu liatin shara to?” Belum sempat thara selesai ngomong udah disahut galih.

“Ya iyalah dari pada diluar ma kamu lha mendingan didalem liat yang bening-bening lagian thara juga gitu!” Sahut Ibe. Thara berdiri dan meninggalkan kelas.

“Heh…. Mang ada apa sih?” Galih mulai nggak donk dan menyusul berjalan dibelakang thara.

“Thara bikin taruhan kali inikan bukan karena duit ataupun nyali, intinya biar nilainya E dan dia bisa ngulang dismester ganjil besok, agar bisa sekelas ma Asya!”

“Tenang aja ra aq tadi nggak gerjain satu soalpun kok orang aq juga nggak bisa, aq temenin kamu ra ngulang mata kuliah Bu Marni di smester ganjil besok” Jelas Ibe yang berjalan dibelakang sendiri.

“Iya, Ibe gagalin satu mata kuliah, artinya dia nglewatin satu kesempatan satu kelas ma shara tapi di semester genap besok dia masih bisa terus-terusan satu kelas ma Nia, gak da masalah kan dia mau ngulang pa nggak?” Jawab thara santai.

“Tai… kalian, jadi korban sebenarnya adalah aq, aq ikutan ngulang tapi tidak sedikitpun memperjuangkan apapun, bahkan seseorang gadis pun seperti kalian, haih…. .” Gerutu galih. Galih beda banget dengan Ibe, galih adalah sosok cowok yang cuek abis, paling cuek diantara kedua sahabatnya Ibe dan thara dan paling terlambat jika mengetahui berita tentang temannya thara maupun Ibe, berbeda dengan ibe, walaupun ibe seorang cowok tapi ibe sangat perhatian banget dengan ke dua sohibnya, tak heran jika ibe selalu tau banyak hal tentang ke dua sohibnya. Tapi satu kelebihan galih yang tidak dipunya ibe dan thara, super nekad. Sifat ini berbanding terbalik dengan thara, thara yang dikenal sebagai Pejantan Tanggung ini begitu takutnya dengan cewek.



to be continued....