Friday, June 20, 2008

BAKA NA HITO Part IV, Aq kan lom pake obat ganteng..!

Tit tit tit tit…. Tit tit… tit tit tit……. Sebuah pesan singkat diterima. Thara terbangun dari lamunannya, wajah asya yang manis berubah jadi brewokan. Thara membuka pesan tersebut.

“BURUAN KE KANTIN, NIH ADA ASYA.” Thara terperanjat. Sebuah SMS dari ibe.

“Ah asal, palingan cuman kerjaanya ibe.” Seru thara dalam hati. Tanpa mandi dan dengan hanya bermodalkan celana butut dan kaos oblong thara menyusul ibe ke kampus. Tempat pertama yang dituju thara adalah meja belakang deket cendela dikantin kampus tempat thara biasa nongkrong sama kedua sahabatnya.

Hweeek? Ibe, galih, kok ada asya ma temenya ya?” Seru thara dalam hati, perasan thara mulai kacau, detak jantungnyapun semakin cepat. Thara berjalan pelan menuju meja mereka.

“Woi…. Baru bangun nih?” Sapa galih. Thara masi terdiam, mulutnyapun mulai susah digerakkan. Thara hanya sedikit tersenyum sesekali mencuri tatap dengan asya.

“Kenalin nih Asya ma sahra.” Ibe membuka percakapan.

“Thara…” Jawab thara singkat.

Thara memberanikan dirinya untuk menyalami asya. Keringat dingin mulai mengalir, detak jantungnya bertambah cepat, wajahnyapun mulai sedikit memerah.

“Asya…” Asya hanya tersenyum. Mungkin kalo dihubungkan dengan mimpi semalem nggak akan nyambung sedikit pun dengan apa yang akan dialaminya hari itu.

“Thara…” Thara menyalami sahra.

“Sahra…” Sahabat asya inipun tersenyum.

“Ra… knapa saat ujian terakhir kmaren kamu cepet banget keluarnya?” Tambah sahra.

“Kebelet…” DUBRAK….!!! Thara asal njawab sedapetnya.

Gyagyagyagya….. anak-anak pada ketawa. Satu mata kuliah diperkirakan akan satu kelas dengan asya. Meskipun thara sudah kenal dengan asya tapi ini paling cuman membawa sedikit perubahan dalam diri thara, karena sifat thara yang begitu canggung dan mati kutunya di depan asya.

“Tai kalian, napa nggak bilang ada asya, sms tadi aq kira cuman bercanda, makanya aq asal datang, aq kan belom pake obat ganteng, palagi mandi!” Keluh thara sehabis asya dan shara pergi.

Liburan antar smesterpun berakhir, perkuliahanpun sudah dimulai kembali. Sebuah semangat baru muncul dalam diri thara. Semangat karena thara saat ini sudah bisa mengenal asya sang pujaan hatinya. Hari-hari begitu cepat berlalu canda tawa dan kekonyolan selalu hadir bersamanya. Sesekali asya sering ikutan nimbrung sama thara ibe dan galih. Sedikit demi sedikit thara mulai beranikan dirinya untuk berbicara dengan asya, walaupun masi seperlunya. Sering juga kekonyolan thara hadir membuahkan senyuman manis asya. Seperti yang dibilang ibe, nggak ada thara nggak rame begitu juga yang dirasakan asya, nggak ada yang usil.

Selesai satu mata kuliah thara langsung turun ke lantai 1 ke kelas asya meninggalkan ibe dan galih. Tepat disamping tangga thara mendapati asya sedang bersama seorang cowok yang nggak dikenalnya. Keduanya berbalik kearah thara. Thara yang kebingunganpun lari ke bawah tangga. Asya berjalan dengan di gandeng seseorang melewati thara yang jongkok dibawah tangga, thara hanya bisa memandanginya dengan perasaan yang hancur. Setelah kejadian itu lebih dari satu minggu thara menghilang ntah kemana tanpa sebab, Hpnya pun nggak aktif. Nggak Ibe nggak galih anak2 sekelas pun pada bingung nyariin thara si biang keributan, karena nggak ada satupun yang tau rumahnya.

“Kamu Ibe kan?” Seorang gadis dengan rambut sebahu menghampiri ibe dan galih, dari seragam yang dipake sih menjelaskan masih SMA.

“???” Ibe nggak ngerti, seorang gadis cantik masi SMA datang ke kampus mencarinya. Galihpun demikian.

“Iya…” Ibe menjawab dengan masi kebingungan.

“Be… anak masi kecil gini lo mainin be, tega lo be?” Gadis itu menghampirinya menggandeng tangan ibe.

“Mas tolongin dong, thara udah seminggu ini ngurung dikamar, nggak mau kuliah kerjaanya cuman nonton DVD ma tidur doank, kalo malem pergi mulu, mama aja mpe bingung tuh, kamarnya mpe berantakan, pengap cendela nggak pernah dibuka dibiaring gelap nggak siang nggak malem, tolongin ya mas…!” Gadis cantik itu merajauk.

“Kamu siapa?”

“Aq chika, adeknya thara.” Chika menarik tangan ibe masuk ke dalam taxi.

“Woi… tunggu be, aq ikutan.” Galih menyusul masuk. Sebuah ruangan lumayan lebar cukup lebar untuk membawa 1 mobil masuk. Dari dalam nggak akan kelihatan kalo itu sebuah garasi. Thara memang sengaja menyulap garasinya yang udah nggak kepake untuk kamarnya. Gelap hanya sedikit cahaya masuk dari sela-sela cendela.

No comments: